MANFAAT
MATI
Assalamualaikum sahabat blogger,,
Kali ini admin akan
share sesuatu yang mungkin bermanfaat buat kita semua khususnya bagi admin
sendiri tentunya. Oke tanpa singgah dimana mana langsung saja kita lewati
mukaddimah dan kita masuki ke inti permasalahannya. Judul kita adalah manfaat
mati, kedengarannya aneh sih, masak mati bermanfaat yaa,, padahal kita tau mati
itu suatu kejadian yang mengakhiri semua keinginan dan harapan yang kita impi –
impikan dan idam – idamkan tapi sekarang kok jadi bermanfaat yaa,, mau tau
jawabannya,, mari kita cari tau bersama – sama.Kata – kata mati,meninggal,wafat
atau tewas adalah kata – kata yang sangat familiar ditelinga semua ummat
manusia, tiada seorang pun manusia didunia ini yang tidak pernah mendengar apa
lagi tidak mengenal kata – kata mati. Namun perlu rassanya kita untuk mendalami
pengertian dari mati secara lebih mendalam, oleh karena itu simaklah uraian
berikut ini :
A. Definisi
Mati
Berdasarkan kamajuan
zaman yang sangat pesat ini, timbulah beberapa definisi mati berikut ini yaitu :
1) Mati
klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti
sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak
ireversibel. Pada masa dini kematian inilah, pemulaian resusitasi dapat diikuti
dengan pemulihan semua fungsi sistem organ vital termasuk fungsi otak normal,
asalkan diberi terapi optimal.
2) Mati
biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis bila tidak
dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan.
Mati biologis merupakan proses nekrotisasi semua jaringan, dimulai dengan
neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi,
diikuti oleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama
beberapa jam atau hari. Pada kematian, seperti yang biasa terjadi pada penyakit
akut atau kronik yang berat, denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada
suatu saat, ketika tidak hanya jantung, tetapi organisme secara keseluruhan
begitu terpengaruh oleh penyakit tersebut sehingga tidak mungkin untuk tetap
hidup lebih lama lagi. Upaya resusitasi pada kematian normal seperti ini tidak
bertujuan dan tidak berarti.
3) Henti
jantung (cardiac arrest) berarti penghentian tiba-tiba kerja pompa jantung pada
organisme yang utuh atau hampir utuh. Henti jantung yang terus berlangsung
sesudah jantung pertama kali berhenti mengakibatkan kematian dalam beberapa
menit. Dengan perkataan lain, hasil akhir henti jantung yang berlangsung lebih
lama adalah mati mendadak (sudden death). Diagnosis mati jantung (henti jantung
ireversibel) ditegakkan bila telah ada asistol listrik membandel (intractable,
garis datar pada EKG) selama paling sedikit 30 menit, walaupun telah dilakukan
RJP dan terapi obat yang optimal.
4) Mati
serebral (kematian korteks) adalah kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum,
terutama neokorteks. Mati otak (MO, kematian otak total) adalah mati serebral
ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya, termasuk serebelum, otak tengah dan
batang otak.
5) Mati sosial (status vegetatif yang menetap,
sindroma apalika) merupakan kerusakan otak berat ireversibel pada pasien yang
tetap tidak sadar dan tidak responsif, tetapi mempunyai elektroensefalogram
(EEG) aktif dan beberapa refleks yang utuh. Ini harus dibedakan dari mati
serebral yang EEGnya tenang dan dari mati otak, dengan tambahan ketiadaan semua
refleks saraf otak dan upaya nafas spontan. Pada keadaan vegetatif mungkin
terdapat daur sadar-tidur.
Nah, ternyata mati itu
banyak juga definisinya kan, oke kita lanjut sekarang timbul pertanyaan di hati
kita Kapan seseorang itu dinyatakan mati,,? Untuk jawabannya ikuti ulasan
berikut ini :
Bila fungsi jantung dan
paru berhenti, kematian sistemik atau kematian sistem tubuh lainnya terjadi
dalam beberapa menit, dan otak merupakan organ besar pertama yang menderita
kehilangan fungsi yang ireversibel, karena alasan yang belum jelas. Organ-organ
lain akan mati kemudian. Sesudah tahun 1960 an, dengan penggunaan ventilasi
buatan dan cara-cara bantuan lain pada kasus-kasus kerusakan otak akibat trauma
atau sebab lain, bila kemudian kerusakan ini terbukti ireversibel, jantung
kadang-kadang dapat terus berdenyut selama 1 pekan atau lebih, atau bahkan
sampai 14 hari, dengan sebagian besar otak mengalami dekomposisi. 9 Dengan
kondisi seperti ini jantung dapat terus berdenyut sampai 32 hari (pada seorang
anak umur 5 tahun). 6
Penghentian ireversibel semua fungsi otak disebut mati otak (MO). Penghentian
total sirkulasi ke otak normotermik selama lebih dari 10 menit tidak kompatibel
dengan kehidupan jaringan otak. 6 Jadi penghentian fungsi jantung mengakibatkan
MO dalam beberapa menit, sedangkan penghentian fungsi otak mengakibatkan
kehilangan fungsi jantung dalam beberapa jam atau hari.
Kebanyakan kalangan yang berwenang dalam kedokteran dan hukum sekarang ini
mendefinisikan kematian dalam pengertian MO walaupun jantung mungkin masih
berdenyut dan ventilasi buatan dipertahankan. 7Akan tetapi banyak pula yang
memakai konsep MBO sebagai pengganti MO dalam penentuan mati. 1,9 Menurut pernyataan
IDI 1988, 4 seseorang dinyatakan mati bila a) fungsi spontan pernafasan dan
jantung telah berhenti secara pasti atau b) telah terbukti terjadi MBO. Secara
klasis dokter menyatakan mati berdasarkan butir a tersebut dan ini dapat
dilakukan di mana saja, di dalam atau di luar rumah sakit.
Bahwa fungsi spontan nafas dan jantung telah berhenti secara pasti, dapat
diketahui setelah kita mencoba melakukan resusitasi darurat. Pada resusitasi
darurat, di mana kita tidak mungkin menentukan MBO, seseorang dapat dinyatakan
mati bila 1) terdapat tanda-tanda mati jantung atau 2) terdapat tanda-tanda
klinis mati otak yaitu bilamana setelah dimulai resusitasi, pasien tetap tidak
sadar, tidak timbul pula nafas spontan dan refleks muntah (gag reflex) serta pupil
tetap dilatasi selama 15-30 menit atau lebih, kecuali kalau pasien hipotermik,
di bawah pengaruh barbiturat atau anestesia umum. 3,4,11
Menurut Peraturan Pemerintah RI no 18 tahun 1981, 1 tentang bedah mayat klinis
dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia,
meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli-ahli kedokteran
yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang telah
berhenti. Menurut penulis, batasan mati ini mengandung 2 kelemahan. Yang
pertama, pada henti jantung (cardiac arrest) fungsi otak, nafas dan jantung
telah berhenti, namun sebetulnya kita belum dapat menyatakan mati karena pasien
masih mungkin hidup kembali bila dilakukan resusitasi. Yang kedua, dengan
adanya kata-kata “denyut jantung telah berhenti”, maka ini justru kurang
menguntungkan untuk transplantasi, karena perfusi ke organ-organ telah berhenti
pula, yang tentunya akan mengurangi viabilitas jaringan/organ.
Diagnosis MBO
Diagnosis MBO barangkali merupakan
diagnosis paling penting yang pernah dibuat oleh dokter, karena bila telah
dipastikan, normalnya ventilator akan dilepaskan dari pasien dan henti
jantung akan terjadi tidak lama kemudian. Jadi, diagnosis ini merupakan ramalan
yang terlaksana dengan sendirinya (self-ful filling prophecy). Kebanyakan
dokter yang merawat dapat membenarkan dilepaskannya ventilator dari pasien,
karena meneruskan ventilasi mekanis memberikan stres bagi famili pasien dan
staf perawatan. Selain itu, “terapi” yang diteruskan secara tidak langsung
menyatakan bahwa pemulihan masih dimungkinkan dan memberi famili pasien harapan
palsu. Namun ventilasi yang diteruskan selama periode yang singkat sesudah
diagnosis MBO memungkinkan perolehan organ kualitas bagus untuk tujuan
transplantasi dan seringkali dilakukan.
Penerimaan batang otak sebagai sumber
kehidupan dan penghentian ventilasi sebagai akibat diagnosis MBO potensial
sulit bagi orang awam untuk menerimanya. Tidaklah mudah untuk memberitahu
famili pasien, yang berwarna merah, hangat dan kelihatannya bernafas dengan
nyaman pada ventilator, mati. Bahkan lebih sulit lagi jika famili pasien
melihat gerakan pasien yang dinyatakan dokter timbul pada tingkat spinal dan
tidak mengindikasikan fungsi otak. Masyarakat di negara maju seperti Inggris 12
sangat mempercayai dokter dan biasanya tidak dijumpai kesulitan tatkala dibuat
diagnosis MBO.
Sekarang ini sudah dapat diterima bahwa
batang otak, dan bukan seluruh otak, pengatur respirasi dan stabilitas
kardiovaskular. Diyakini bahwa untuk mendapatkan kesadaran harus ada
kontinyuitas neuronal antara sistem saraf periferal dan korteks. Bila batang
otak yang menghubungkan keduanya mati, kontinyuitas sistem yang diaktifkan oleh
retikular terganggu dan tidak dapat timbul kesadaran.
Diagnosis MBO dan
petunjuknya dapat dilihat pada fatwa IDI 5 tentang MBO. Diagnosis MBO mempunyai
dua komponen utama. Komponen pertama terdiri dari pemenuhan prasyarat-prasyarat
dan komponen kedua adalah tes klinik fungsi batang otak. Pada hakekatnya
sebelum melakukan tes klinis, dokter harus menetapkan tanpa keraguan bahwa
pasien komatous dan bergantung pada ventilator dan mempunyai kondisi yang
konsisten dengan koma ireversibel dan hilangnya fungsi batang otak. Pasien
dengan MBO tidak dapat bernafas.
Dokter-dokter yang
tidak familiar dengan diagnosis MBO kadang-kadang menyarankan dokter seniornya
untuk melakukan testing pada pasien yang tidak bergantung pada ventilator
dengan cedera berat. Fenomena ini menonjolkan tiga hal. Pertama dokter-dokter
yang bekerja di ICU perlu lebih dahulu mengkaji langkah-langkah untuk
menegakkan diagnosis MBO sesuai fatwa IDI 5 yang memang belum tersosialisasikan
dengan baik, agar jangan sampai melewatkan langkah-langkah yang harus dijalani
sebelum melakukan testing arefleksia batang otak. Kedua adalah adanya kenyataan
bahwa beberapa pasien menderita cedera otak berat yang akhirnya inkompatibel
dengan kehidupan yang lama, namun kausa kematiannya bukanlah MBO. Beratnya cedera
otak pada pasien-pasien ini dapat mengindikasikan keputusan untuk menghentikan
terapi aktif atau membatasi terapi aktif. Keputusan penghentian atau limitasi
terapi individual untuk tiap pasien dan sangat kontras dengan diagnosis MBO
yang identik bagi semua pasien. Hal ketiga adalah perlunya tanpa keraguan
memantapkan diagnosis cedera otak ireversibel yang cukup untuk menyebabkan koma
apneik.
Diagnosis yang
kompatibel adalah cedera kepala, perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intraserebral, tenggelam dan henti jantung. Penegakan diagnosis memerlukan
anamnesis yang cukup dan pemeriksaan klinis serta investigasi (biasanya CT
Scan). Kausa koma yang reversibel yang menyulitkan diagnosis primer harus pula
disingkirkan. Khususnya sedatif, analgetik dan pelumpuh otot hendaknya
disingkirkan, sebagai kausa ketidaksadaran atau arefleksia. Pasien hendaknya
mempunyai suhu sentral lebih dari 35°C. Intoksikasi obat, hipotermia, gangguan
metabolik atau endokrin, semua dapat menyebabkan perubahan berat pada fungsi
batang otak, namun reversibel. MBO tidak boleh dipertimbangkan bila terdapat
kondisi-kondisi ini, baik sebagai penyebab koma primer ataupun faktor
penunjang.
Oke sahabat blogger
mungkin sedikit kecewa dengan postingan saya kali ini karena tujuan kita
mengetahui manfaat mati tapi yang kita dapat pengertian dan kapan kita
dinyatakan mati. Karena hari telah lelap,matapun tak bersahabat maka untuk
sekarang cukup disini dulu, insya Allah kedepannya akan admin share lagi
lanjutan dari ini cey..
Akhirul kalam,
wabillahi taufik walhidayah waridhau wal inayah, wassalamualaikum
warahmatullah.